"Neraca perdagangan tahun ini diperkirakan lebih baik dibandingkan tahun lalu. Ekonomi global yang diperkirakan lebih baik akan mendorong permintaan produk ekspor Indonesia," ujar Dody kepada Tempo, Ahad 19 Januari 2020.
Dody menuturkan selama ini faktor utama yang menjadi risiko terhadap kinerja ekspor adalah adanya gejolak geopolitk dan perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina. Namun, ujar Dody, angin segar mulai terasa pasca adanya kesepakatan tahap pertama antara AS dan Cina. "Dalam perkembangan terkini, kedua risiko ini cenderung mereda dan bergerak kondusif," tutur Dody.
Tak hanya ekspor, Dody optimistis kinerja neraca perdagangan juga akan didorong oleh pengendalian impor minyak dan gas yang diklaim lebih terkendali pada tahun ini. Dody menuturkan salah satu langkah yang sedang dilakukan pemerintah adalah biodiesel 20 persen atau B20. "Langkah omnibus law diharapkan dapat mendorong investasi sehingga berdampak pada peningkatan daya saing," ujar Dody.
Nada optimistis juga disampaikan oleh Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian Iskandar Simorangkir. Iskandar menyakini kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka menekan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) mulai terlihat, salah satunya pengembangan B30.
"Perbaikan neraca perdagangan tahun ini diperkirakan membaik dan sedikit surplus," tutur Iskandar kepada Tempo.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan pemerintah juga telah menyusun program percepatan (quick wins) untuk memperkuat kinerja perdagangan. Susiwijono menyebutkan pemerintah akan meningkatkan kinerja ekspor, misalnya saja dengan menggenjot pengembangan hortikultura berbasis ekspor dan percepatan penyelesaian perundingan internasional.
Berita Selanjutnya
Tempo Channel
Dapatkan kabar pilihan editor dan breaking news di Tempo.co WhatsApp Channel.
Artikel Terkait
Rekomendasi Artikel
Video Pilihan
Tak Hanya Naikkan BI Rate, BI Rilis 5 Kebijakan Moneter Ini untuk Jaga Stabilitas Rupiah
2 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo membeberkan lima aksi BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.
Bos BI Yakin Rupiah Terus Menguat hingga Rp 15.800 per Dolar AS, Ini 4 Alasannya
2 hari lalu
Gubernur BI Perry Warjiyo yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat sampai akhir tahun ke level Rp 15.800 per dolar AS.
Inflasi April Hanya 0,25 Persen, BI Ungkap Pemicunya
2 hari lalu
BI menyebut inflasi IHK pada April 2024 tetap terjaga dalam kisaran sasaran 2,51 persen, yakni 0,25 persen mtm.
Ekonomi NTB Tumbuh Positif, Ekspor Diprediksi Meningkat
4 hari lalu
Perkembangan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2023 tumbuh positif.
Meski BI Rate Naik, PNM Tak Berencana Naikkan Suku Bunga Kredit
5 hari lalu
PNM menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga dasar kredit meskipun BI telah menaikkan BI Rate menjadi 6,25 persen.
BRI Klaim Kantongi Izin Penggunaan Alipay
6 hari lalu
Bank Rakyat Indonesia atau BRI mengklaim telah mendapatkan izin untuk memproses transaksi pengguna Alipay.
Suku Bunga Acuan Naik Jadi 6,25 Persen, BCA Belum akan Ikuti
6 hari lalu
BCA belum akan menaikkan suku bunga, pasca BI menaikkan suku bunga acuan ke angka 6,25 persen.
Kenaikan BI Rate Berpotensi Tekan Penyaluran Kredit
6 hari lalu
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) menjadi 6,25 persen bisa berdampak pada penyaluran kredit.
BI Perluas Cakupan Sektor Prioritas KLM untuk Dukung Pertumbuhan Kredit
7 hari lalu
BI mempersiapkan perluasan cakupan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).
BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Naik 4,7-5,5 Persen Tahun Ini
7 hari lalu
BI sedang mempersiapkan instrumen insentif agar mendorong pertumbuhan ekonomi.